Masyarakat Raja Ampat

Raja Ampat adalah kabupaten kepulauan dengan 1.411 pulau yang tersebar di dalam 4,6 juta hektar wilayah perairannya. Perairan yang kaya menyediakan sumber kehidupan, makanan dan mata pencaharian bagi sekitar 50.000 penduduk yang tersebar di 117 kampung, dan juga memberikan perlindungan dan tempat berteduh bagi masyarakat selama musim angin.

Masyarakat lokal di Raja Ampat memiliki hubungan kekerabatan yang kuat, serta memiliki konsep kepemilikan tradisional atas wilayah darat maupun laut, termasuk terumbu karang.

Badan Layanan Umum Daerah Unit Pelaksana Teknis Daerah (BLUD UPTD) Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan (KKP) Kepulauan Raja Ampat bekerja erat dengan masyarakat, dan tentunya mengakui praktik-praktik pengelolaan berdasarkan kebudayaan dan tradisi sebagai aturan untuk perlindungan dan pengelolaan kawasan berikut sumber daya alam hayatinya untuk jangka panjang.

Seperti di tempat lain di Indonesia, Raja Ampat merupakan rumah bagi beragam manusia. Masyarakat di Raja Ampat merupakan tempat ‘berkumpul’ dari budaya asli masyarakat setempat, migran domestik dan internasional dari berbagai latar belakang budaya, geografis, dan sejarah yang berbeda. Lihat Budaya dan Warisan Budaya untuk informasi lebih lanjut mengenai ini.

Rata-rata setiap kampung di Raja Ampat memiliki populasi sekitar 200-an penduduk, dan berlokasi dekat dengan laut. Sebagian besar penduduk kampung adalah anak-anak, dan masih banyak orang dewasa bekerja di sektor informal dengan menafkahi anggota keluarga dan masyarakat dengan mencari atau menyiapkan makanan, dan turut serta secara kolektif dalam pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur kampung.

Dengan perkembangan industri pariwisata yang terjadi beberapa tahun belakangan ini, sebagian masyarakat lokal di Raja Ampat mulai bekerja sebagai pemandu selam, atau bekerja di resor maupun homestay.

Setiap kampung biasanya memiliki sekolah, gereja atau masjid, rumah-rumah penduduk, dan beberapa memiliki kebun kecil di dalam hutan yang berdekatan dengan pemukiman. Beberapa kampung memiliki toko kelontong yang menjual kebutuhan pokok. Dan komunitas lainnya di seluruh dunia, kehidupan sehari-hari di Raja Ampat juga memiliki ritmenya sendiri, mulai dari memancing ikan, turut serta dalam kegiatan kemasyarakatan, sekolah, hingga aktivitas peribadatan.

Sebagai sebuah komunitas, dan Anda akan mengalaminya sendiri, masyarakat di Raja Ampat memiliki ikatan kekeluargaan yang erat, dan rata-rata individunya memiliki sifat ramah, rendah hati, dan murah senyum.

Bahasa Indonesia merupakan bahasa utama untuk berkomunikasi dengan pendatang maupun pengunjung sementara, seiring dengan perkembangan industri pariwisata, bahasa asing seperti Bahasa Inggris mulai dipelajari secara lebih luas di Raja Ampat. Selain itu, untuk berkomunikasi dengan sesama anggota masyarakat, penduduk di Raja Ampat biasanya menggunakan bahasa daerah dengan beragam dialeknya.

Saat mengunjungi kampung-kampung, atau ketika berkativitas bersama masyarakat lokal, Anda harus memerhatikan kebiasaan dari penduduk lokal dan adat istiadat setempat; persis seperti apa yang Anda harapkan ketika seseorang bertamu ke rumah maupun kota Anda.

 

Tetap Peka Ketika Berkunjung

BLUD UPTD Pengelolaan KKP Kepulauan Raja Ampat ingin memberitahu semua pengunjung bahwa kepekaan terhadap orang dan lingkungan sekitar Anda sangatlah penting, terutama ketika Anda mengunjungi kampung dan komunitas setempat, atau situs-situs budaya yang penting bagi masyarakat lokal. Tetaplah menjadi manusia yang peka, yang menghormati budaya, praktik, dan kepercayaan masyarakat setempat.

Pakaian:

Perhatikanlah bagaimana anggota masyarakat setempat berpakaian. Kenakanlah pakaian yang layak dan sopan. Meskipun, mungkin, tidak ada yang akan mengatakan apa pun kepada Anda, namun berjalan-jalan dengan pakaian renang  tentunya tidak bisa dianggap ‘sopan’.

Mengabaikan kesopanan dalam berpakaian tentunya menunjukkan rasa tidak hormat, dan akan memperkuat stereotip negatif mengenai turis. Selain itu, perbuatan-perbautan seperti ini berpotensi menimbulkan respon yang negatif juga dari penduduk lokal.

Agama:

Tempat ibadah adalah ‘jantung’ dari komunitas lokal di Raja Ampat, yang tidak sebatas berfungsi sebagai tempat untuk melaksanakan ibadah, tetapi juga sebagai sarana untuk bersilaturahmi dan tempat perayaan, apapun itu, bagi komunitas.

Kristen dan Islam adalah dua agama yang umum dipeluk oleh masyarakat di Raja Ampat. Pengunjung ke Raja Ampat diharapkan untuk mempertimbangkan dan menghormati praktik-praktik keagamaan yang dimaksud. Selain hari-hari besar keagamaan, hari Minggu adalah hari yang penting bagi umat Kristen, sementara Jum’at dianggap sebagai hari peribadatan yang penting.

Jika Anda berada di kampung ketika hari besar keagamaan, hormatilah kebiasaan setempat dan hindari segala macam perilaku yang berpotensi untuk mengganggu peribadatan.

Jika Anda tinggal di homestayyang dimiliki oleh anggota masyarakat, hindari membuat permintaan atau memaksakan aktivitas wisata di hari-hari besar keagamaan, karena kemungkinan besar tuan rumah Anda akan berpartisipasi dalam upacara atau kegiatan masyarakat, serta menghabiskan waktu bersama keluarga mereka.

Seperti di tempat lain di Indonesia, janganlah memasuki gereja atau masjid tanpa izin terlebih dahulu. Cara terbaik adalah meminta izin terlebih dahulu, berpakaian dengan sopan, dan minta ditemani anggota masyarakat setempat sebelum Anda mengunjungi tempat-tempat ibadah tersebut. Dengan begitu, Anda tidak hanya menghormati, namun juga bisa mendapatkan pengalaman yang lengkap dari kehidupan masyarakat setempat.

Copyright © BLUD UPTD Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Kepulauan Raja Ampat