KKP Kepulauan Fam

357.282 hektar  

Kawasan Konservasi Perairan (KKP) Kepulauan Fam,dengan total luasan 360.000 hektar, sebenarnya masih termasuk ke dalam perairan Selat Dampier. Secara geografis, Kepulauan Fam terletak di bagian barat daya Pulau Waigeo, dan barat laut Pulau Batanta. Kawasan konservasi Kepulauan Fam berada di sebelah barat dari kawasan konservasi perairan Selat Dampier (Area III), dan berbatasan langsung dengan Laut Halmahera, Provinsi Maluku Utara.

Pulau-pulau karst kecil di Piaynemo seringkali dideskripsikan sebagai miniatur dari Wayag, yang sekarang telah berkembang menjadi salah satu destinasi wisata utama di Raja Ampat karena keindahan alamnya yang luar biasa baik di darat maupun di laut.

Kepulauan Fam biasanya dibagi ke dalam tiga bagian (clusters), yaitu pulau-pulau Piaynemo, pulau-pulau Pam dan sekitarnya, serta kepulauan Bambu. Kepulauan Fam merupakan bagian dari Distrik Waigeo Barat Kepulauan, dan memiliki tiga kampung: Kampung Pam di Pulau Pam Kecil, serta; Kampung Saukabu dan Saupapir yang berlokasi di Pulau Pam Besar.

Selain ketiga kampung tersebut, terdapat beberapa areal tempat penduduk bermukim: entah itu lokasi usaha atau tempat tinggal sementara yang berkaitan dengan pekerjaan mereka. Di luar itu, pulau-pulau di Kepulauan Fam merupakan wilayah yang tidak berpenghuni.

Kepulauan Fam diusulkan menjadi Kawasan Konservasi Perairan (KKP) atas usulan inisiatif masyarakat adat setempat yang ingin melindungi dan mengelola sumber daya alam hayatinya. Dalam prosesnya, masyarakat adat di sana didampingi oleh Conservation International (CI), yang ditanggapi dengan baik oleh Pemerintah Kabupaten (PEMKAB) Raja Ampat dan Pemerintah Provinsi (PEMPROV) Papua Barat. Kepulauan Fam secara adat dideklarasikan sebagai kawasan konservasi perairan pada bulan Februari 2017.

Terumbu karang di Kepulauan Fam sangatlah beragam. Mulai dari petak-petak (patches) terumbu karang berwarna-warni yang ‘riuh’ dipenuhi kehidupan bawah laut seperti spesies predator berukuran besar yaitu hiu dan tuna, ikan-ikan karang seperti jenis damsel dan anthias, hingga kepada kima berusia ratusan tahun yang hidup berdampingan diantara beragam jenis terumbu karang keras maupun lunak.

Sebagian besar ekosistem terumbu karang di Kepulauan Fam memiliki tipe terumbu karang tepi (fringing reef), dan beberapa patch reef. Sebagian besar terumbu karang yang hidup di Kepulauan Fam berada pada kontur landai (slope), sementara sebagian lagi berada pada kontur yang relatif curam (drop-off).

Berdasarkan hasil pemantauan kesehatan terumbu karang tahun 2018 pada 24 lokasi penyelaman di Kepulauan Fam, diperoleh persentase tutupan karang keras sebesar 31,93%; sebuah peningkatan sebesar 2,03% dari survei sebelumnya yang dilaksanakan pada tahun 2017 (Pada, 2018).

Kepulauan Fam memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi berdasarkan keragaman ikan karang. Hasil program kajian cepat kelautan (marine rapid assessment program atau MRAP) yang diselenggarakan oleh CI pada tahun 2013 berhasil mencatat 707 spesies ikan karang yang mewakili 238 genera dan 69 famili. Survei ini juga berhasil mencatat 18 spesies ikan karang yang belum pernah tercatat sebelumnya di Raja Ampat maupun wilayah Bentang Laut Kepala Burung (Silahkan lihat video di sebelah kanan Anda ini).

Dr. Gerald Allen, yang juga terlibat dalam MRAP tersebut, memperkirakan potensi jumlah ikan karang di Kepulauan Fam mencapai sebanyak 854 spesies dengan menggunakan Coral Fish Diversity Index (CFDI). Masih dari survei tersebut, diperoleh data tingkat keanekaragaman hayati dari masing-masing lokasi penyelaman adalah antara 225 hingga 357 spesies, dimana pada semua lokasi penyelaman terdapat lebih dari 200 spesies ikan karang.

Berdasarkan biomassa ikan, survei yang telah dilakukan mencatat bahwa biomassa ikan karang di wilayah Kepulauan Fam sebesar 2.306,08 kg/hektar. Spesies perikanan kunci (famili Lutjanidae, Serranidae dan Hemulidae)mencapai 211,20 kg/hektar, sementara ikan karang fungsional (famili Acanthuridae, Scaridae dan Siganidae) sebesar 789,03 kg/hektar (Pada, 2018).

Wilayah perairan di Kepulauan Fam juga merupakan habitat penting bagi spesies karismatik seperti ikan hiu, ikan Napoleon, dua jenis penyu, dua jenis pari manta dan mamalia laut seperti paus dan lumba-lumba.

Berdasarkan penelitian pada tahun 2007, terdapat setidaknya 2 spesies lumba-lumba, dan Pilot Whale(Kahn, 2007). Selain itu, duyung (Dugong dugon) pernah terlihat di pantai timur Piaynemo, sementara hiu paus (Rinchodon typus) pernah terlihat di atol sebelah barat Piaynemo (Fudge, 2011), dan juga di situs penyelaman Melissa’s Garden pada awal tahun 2016 oleh beberapa penyelam.

Selain terumbu karang, dan meskipun luasan kawasan konservasi perairannya bukan yang paling besar di Raja Ampat, ekosistem hutan bakau juga hidup dan tumbuh di Kepulauan Fam. Hutan bakau dapat ditemukan di bagian barat Pulau Meoskor, bagian timur dan di sekitar laguna Piaynemo, serta areal yang disebut dengan Arpos di Pulau Pam Besar.

KKP Kepulauan Fam juga merupakan habitat alami bagi artropoda darat terbesar di dunia, yaitu ketam kenari (Birgus latro) yang dilindungi di Indonesia. Sayangnya, terjadi beberapa kasus ketika ketam kenari diperjualbelikan di Kepulauan Fam. Menangkap, menjual, dan membeli ketam kenari secara ilegal tidak diperbolehkan di Raja Ampat dan seluruh wilayah Indonesia, dan merupakan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Zonasi di KKP Kepulauan Fam

Klik Peta untuk meluaskan, dan lihat Legenda di bawah ini

Zoning Raja Ampat Marine Park

Tabel di bawah ini memberikan gambaran umum tentang beberapa kegiatan yang lazim terjadi di dalam Kawasan Konservasi Perairan (KKP). 
Until penjelasan terperinci mengenai semua kegiatan yang diatur di dalam Peraturan Zonasi, silakan lihat Tabel 14, halaman 48-51 dari dokumen Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan Kepulauan Raja Ampat 2019-2038.

Klik tabel untuk memperluas

Raja Ampat Marine Park Zoning

Copyright © BLUD UPTD Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Kepulauan Raja Ampat