Hewan Liar

di Darat dan di Laut  

Hewan Liar

di Darat dan di Laut

Raja Ampat dikunjungi karena keindahan alamnya. Tetapi, seperti di destinasi wisata alam lainnya dimana kelimpahan margasatwa begitu tinggi, semua pengunjung harus menyadari bahwa ada jenis-jenis satwa liar yang berbahaya jika merasa terancam atau terganggu.

Menghindari bahaya dari satwa liar sebenarnya cukup sederhana: jangan mengusik atau mengganggu, mengejar atau menyentuh satwa liar baik di darat atau di laut, maka kemungkinan Anda cedera atau terancam bahaya sangatlah kecil.

Sangat penting bagi semua pengunjung untuk memahami hal tersebut, khususnya di lingkungan laut dimana rasa senang ketika melihat sesuatu yang indah dapat mengesampingkan akal sehat dan kesadaran akan keselamatan kita.

Saat menjumpai satwa liar, Anda harus tetap tenang, diam dan tidak berisik. Amatilah satwa liar dari jarak yang aman tanpa berusaha menyentuh atau mengganggunya. Selain itu, sebelum datang berkunjung, Anda harus berupaya sebaik mungkin untuk kehidupan margasatwa yang ada di wilayah tersebut.

Di bawah ini adalah daftar satwa liar yang harus diperhatikan dan diwaspadai oleh pengunjung.

Satwa Liar di Laut 

Hiu


Hiu adalah hewan yang menakjubkan, namun sayangnya memiliki reputasi buruk yang sebenarnya salah . Insiden terkait hiu dan kematian yang disebabkannya sangat jarang, namun seringkali diekspos secara berlebihan.

Raja Ampat adalah Suaka Hiu, yang berarti bahwa penyelam dan pengguna snorkelberkesempatan besar untuk melihat makhluk luar biasa ini di alam liar; sebuah kesempatan yang menakjubkan dan semakin langka.

Biasanya hiu yang dijumpai hanya akan berenang dan mengabaikan penyelam atau perenang sepenuhnya; mereka tidak tertarik pada manusia. Meskipun jarang terjadi, hiu dapat menunjukkan ‘ketertarikan’ terhadap manusia dengan berenang lebih dekat dari biasanya, atau sekedar lewat beberapa kali.  Jika itu terjadi, jangan khawatir, karena pada saatnya hiu akan menjauh.  Jika Anda masih merasa khawatir, ikuti pedoman di bawah ini:

 

  • Tetaplah tenang dan jangan berpisah dengan buddy Anda, sembari tetap mengawasi pergerakan hiu. Manusia memiliki bentuk yang besar dan tidak biasa di bawah laut, dan juga menghasilkan banyak gelembung – sesuatu yang sangat tidak biasa bagi biota laut yang melihat manusia.
    Jika seekor hiu mengamat-amati Anda, mungkin ia hanya penasaran – memang hiu adalah hewan yang cerdas. Jika Anda melihat hiu yang berdiam diri di suatu area tertentu, tetaplah waspada. Jika Anda merasa kuatir akan kehadiran hiu tersebut, maka sebaiknya Anda berenang menjauh dan sebisa mungkin berenang dekat dengan dasar laut.
  • Mangsa biasanya berenang menjauh dengan terburu-buru, sementara Anda (sebaiknya) tidak demikian. Jika Anda tertarik melihat hiu, biasanya hiu tidak akan tertarik melihat Anda, dan hanya akan berenang melewati Anda. Namun jika Anda bertemu dengan seorang hiu yang ‘penasaran’ terhadap Anda, pertahankan posisi Anda sembari tetap menghadap ke arah hiu tersebut – jangan berbalik arah lalu berenang terburu-buru!
    Berenang terburu-buru adalah reaksi yang lazim dipertontonkan oleh mangsa, sementara jika Anda tetap tenang berdiam diri sembari menghadap hiu, maka hiu tersebut akan menyadari bahwa Anda bukanlah mangsa. Setelah hiu berlalu, berenanglah secara perlahan sembari sebisa mungkin berenang dekat dengan dasar laut.
  • Mengamati dan memahami bahasa tubuh. Hiu yang Anda jumpai di Raja Ampat pada umumnya akan berlalu begitu saja. Jika Anda melihat gerakan atau bahasa tubuh hiu yang tampaknya tidak lazim, seperti menghadap ke bawah dan bergerak cepat atau merubah arah secara tiba-tiba, ini mungkin adalah tanda-tanda bahwa hiu stress karena keberadaan Anda – bisa jadi area tersebut adalah tempat hiu kawin – atau bisa jadi hiu mulai berburu. Anda mesti tetap tenang, dan berenanglah menjauh dari area tersebut.
  • Jangan pernah membuntuti hiu. Jika Anda berjumpa dengan hiu, maka Anda harus memberikannya banyak ruang untuk bergerak bebas. Jika Anda mengikuti hiu secara terus-menerus, bukan tidak mungkin hiu akan menganggap Anda sebagai ancaman lalu membela diri.
  • Jika Anda merasa kuatir karena alasan apapun, tetaplah berdekatan dengan buddy Anda, lalu berenang secara perlahan-lahan menjauhi area tersebut, sembari sebisa mungkin berenang dekat dengan terumbu karang.
  • BERSENANG-SENANGLAH! Anda mungkin jarang menjumpai hiu di tempat lain yang pernah Anda kunjungi; apalagi hiu yang bergerombol! Karena itulah, selagi bisa, nikmati waktu dan kesempatan Anda untuk mengamati spesies yang menakjubkan ini selama berada di Raja Ampat.

hingga pada akhirnya hiu akan pergi.

Ular Laut

Sea Snake Raja Ampat Marine Park Authority

Ular laut lazim dijumpai di seluruh Raja Ampat, dan merupakan spesies yang indah untuk diamati selama menyelam atau snorkeling. Meski sangat berbisa, namun ular laut tidaklah agresif.

Ular laut kemungkinan besar dijumpai ketika mereka berenang bebas ke permukaan untuk bernafas, atau bergerak di antara karang untuk mencari makanan.

Kejadian gigitan ular laut pada manusia sangat jarang terjadi, dan kemungkinan besar terjadi jika manusia mengganggunya. Oleh karena itu, JANGAN sekali-sekali menyentuh ular laut, menghalangi jalan mereka, atau membuat mereka merasa terjebak atau terancam.

'Blue-ringed Octopus' (Gurita Cincin Biru)

Blue Ringed Octopus Raja Ampat Marine Park

Gurita jenis ini adalah salah satu hewan paling berbahaya di laut, dan memiliki bisa yang cukup untuk membunuh 26 manusia dewasa hanya dalam hitungan menit. Perlu Anda ketahui bahwa tidak ada antidot untuk bisa gurita cincin biru.

Gigitan blue-ringed octopus seringkali ‘hanya’ meninggalkan bekas berukuran kecil dan tidak menyakitkan. Banyak korban tidak menyadari bahwa mereka telah teracuni hingga masalah pernapasan dan kelumpuhan terlanjur terjadi.

Gurita cincin biru biasanya ditemukan di terumbu karang atau perairan dangkal, dan lebih aktif di malam hari. Meskipun cukup jinak, gurita jenis ini sangat berbahaya bagi manusia jika merasa terusik atau terganggu.

Gurita berukuran kecil ini akan memberikan peringatan jika merasa gelisah dan terganggu, yaitu dengan memperlihatkan puluhan cincin berwarna biru cerah di sekujur tubuhnya; Anda bagi Anda untuk menjauh.

Tidak ada obat untuk racun Blue Ring Octopus

Bintang Laut Berduri

Crown of Thorns Starfish Raja Ampat

Bintang laut yang tubuhnya tertutup duri ini dapat tumbuh demikian besar. Bintang laut berduri adalah pemakan terumbu karang yang sangat lahap, yang tidak hanya dapat menimbulkan kerusakan pada terumbu karang (klik di sini untuk informasi lebih lanjut) secara signifikan, tetapi juga membahayakan jiwa setiap orang yang lengah dan menyentuhnya.

Duri-duri bintang laut berduri menghasilkan racun syaraf yang menyebabkan rasa sakit parah dan menyengat tajam. Rasa sakit tersebut segera disusul dengan pembengkakan di sekitar lokasi luka selama berhari-hari hingga berminggu-minggu, dan sangat mungkin menimbulkan perasaan mual dan muntah.

Bintang laut ini tidak memiliki mekanisme untuk menyuntikkan racun, tetapi durinya dapat melukai orang yang tidak waspada; dengan merobek material neoprene yang digunakan untuk sarung tangan dan pakaian selam Anda terlebih dahulu. Selain itu, durinya juga rapuh dan mudah patah, sehingga bisa tertancap di tubuh dan harus diangkat melalui pembedahan.

 

Spit Laut Kerucut

Cone Shell Raja Ampat Marine Park

Ada sekitar 500 jenis siput laut kerucut (cone shellatau conus) yang diketahui, dan beberapa diantaranya cukup berbisa untuk melukai dan membunuh Anda. Sengatan siput laut kerucut yang lebih kecil mirip dengan sengatan lebah. Tetapi sengatan beberapa spesies siput laut kerucut berukuran lebih besar bisa berakibat lebih serius pula, dan dapat berakibat fatal jika tidak segera ditangani. 

Dari semua jenis siput laut kerucut, jenis Conus geographusdan jenis Conus textileadalah yang paling mematikan, yang memiliki lebih dari 100 zat beracun dalam tubuhnya yang kecil. Siput laut kerucut jenis ini dapat berukuran hingga sekitar 15cm.

Ketika siput laut kerucut merasa terancam, atau ketika sedang berburu, mereka akan mengeluarkan sejenis taring yang menyerupai belalai dari mulutnya, lalu menyuntikkan racun kepada mangsa atau predator mereka. Racun ini mematikan bagi manusia.

Kecelakaan biasanya terjadi ketika seseorang memegang siput laut kerucut di dalam air dan/atau ketika mengumpulkan cangkang. Siput laut kerucut yang hidup dapat menyembunyikan seluruh tubuhnya ke dalam cangkang, dan sulit untuk mengetahui apakah siput laut masih hidup atau tidak. Untuk menghindari bahaya, jangan sekali-sekali mengambil atau menyentuh siput laut ini.

Terumbu Karang

Coral Raja Ampat Marine Park

Sebongkah karang terdiri dari ratusan ribu polip karang kecil yang masing-masing memiliki eksoskeleton keras (kerangka luar). Wujud eksoskeleton dapat berwarna-warni dan membentuk struktur besar yang kompleks di bawah air; terumbu karang yang membuat Raja Ampat terkenal.

Terumbu karang keras, seperti namanya, sangatlah keras dan tajam; goresan kecil dapat melukai kulit, meninggalkan sedikit protein hewani yang bersumber dari polipnya, bahan berkapur atau patogen lain dari dalam air. Luka kecil yang tampaknya tidak berbahaya dapat dengan cepat memburuk dan menimbulkan infeksi yang membutuhkan antibiotik untuk sembuh.

Beberapa karang mengandung nematosis (suatu organ yang terdapat pada beberapa hewan laut, yang terdiri dari banyak kapsul kecil berduri yang dapat dikeluarkan untuk menyengat) yang dapat mengakibatkan cedera parah. Luka terbuka di daerah tropis dapat menimbulkan infeksi lebih cepat, yang membutuhkan waktu relatif lebih lama untuk pulih. Demi keselamatan Anda sendiri, dan demi kelestarian terumbu karang – JANGAN SENTUH!

Buaya Air Asin

Raja Ampat Crocodile

Buaya air asin dapat ditemukan di habitat dan lokasi tertentu di Raja Ampat, meskipun kemungkinan untuk menjumpainya di lokasi menyelam dan snorkeling sangatlah kecil.

Buaya air asin menyukai hutan bakau, muara sungai, dan lahan basah yang payau. Buaya air asin merupakan hewan teritorial, sehingga jika kita menduga bahwa ada hewan ini di suatu tempat di Raja Ampat, cara paling mudah untuk menghindarinya adalah dengan tidak memasuki tempat tersebut.

Megafauna Laut

Megafauna Raja Ampat Marine Park Authority

Sebagian besar orang mengetahui Raja Ampat sebagai ‘surganya’ terumbu karang dan kehidupan bawah laut. Namun, perairan laut yang kaya ini juga memiliki megafauna laut, termasuk pari manta (dua spesies), beragam jenis mamalia laut termasuk paus, lumba-lumba, dan duyung atau dugong.

Meskipun hewan-hewan laut ‘raksasa’ tersebut tidak memiliki racun atau gigi yang tajam, mereka tetaplah hewan liar yang, seperti semua fauna lainnya, memiliki mekanisme bertahan hidup terhadap predator atau ancaman lainnya.

Jangan salah memahami mereka sebagai ‘raksasa yang lembut.’ Manusia yang mengganggu hewan-hewan tersebut, atau mengganggu perilaku alami mereka, dipastikan akan menerima tamparan berbahaya dari ekor ikan paus, gulungan dari pari manta (cara mereka membela diri dari pemangsa).

Meskipun kasus-kasus membahayakan antara manusia dengan megafauna laut jarang terjadi, namun Anda harus memperlakukan hewan-hewan besar tersebut dengan penuh hormat, sembari tetap menjaga jarak demi keselamatan Anda sendiri.

Lionfish atau Ikan Lepu

Lionfish Raja Ampat Marine Park

Ikan terlihat sangat anggun, ikan lepu (Lionfish) adalah jenis ikan yang sering dijumpai di perairan Raja Ampat.Dengan panjang yang berbisa, ikan lepu merupakan hewan yang populer diantara fotografer bawah air.

Ikan ini tidak agresif terhadap manusia, namun menyentuh duri ikan lepu dengan tidak sengaja akan mengakibatkan rasa sakit yang hebat dan pembengkakan di sekitar lokasi luka. Rasa sakit tersebut dapat berkurang dalam hitungan jam hingga minggu.

Meskipun kecil kemungkinannya untuk terjadi, jika racun ikan lepu menyebar ke bagian lain dari tubuh, seseorang mungkin merasakan sakit kepala, mual, demam, keram, kejang-kejang, hingga kelumpuhan sementara.

Ikan Batu

Raja Ampat Marine Park Authority Stonefish

Sebagai kerabat dekat dengan ikan lepu, ikan batu adalah salah satu ikan yang paling berbisa di dunia. Ikan batu lazim ditemukan di perairan tropis yang dangkal, diantara terumbu karang, laguna dangkal yang memiliki bebatuan karang atau berpasir, dan di tempat-tempat dimana mereka tersamarkan dengan baik diantara substrat.

Ikan batu dapat bertahan hidup di luar air hingga 24 jam, yang artinya ikan ini dapat ditemukan di tempat-tempat sangat dangkal yang berbatasan dengan pantai.

Ketika diam tak bergerak, ikan batu sangat sulit untuk dilihat. Cedera pada manusia cenderung terjadi secara tidak disengaja. Apakah itu terinjak, ketika berusaha mengambilnya karena menyerupai batu yang unik, atau tidak sengaja tersentuh saat berada di air. 

Melalui duri sirip punggungnya, ikan batu dapat menyuntikkan racun yang menyebabkan rasa sakit parah, bengkak di lokasi luka, kesulitan bernapas, detak jantung menjadi tidak teratur yang dapat menimbulkan gagal jantung, peredaran darah terganggu, mual-mual, muntah, kejang-kejang, lumpuh sementara, dan pingsan. Dalam beberapa kasus, cedera akibat ikan batu menyebabkan kematian.

 

Seperti semua hewan yang ada dalam tulisan ini, ikan batu tidaklah agresif terhadap manusia, namun tentunya akan mempertahankan diri ketika merasa terganggu dan/atau terancam.

Belut Moray

Moray Eel Raja Ampat Marine Park

Rupa dari belut moray sebenarnya sudah merupakan peringatan bagi siapapun untuk tidak main-main dengan hewan laut ini. Dengan rahang yang sangat kuat dan gigi yang tajam, belut moray tidak suka diganggu dan cenderung tinggal di tempat tinggalnya sesering mungkin. Belut moray biasa ditemukan di celah, lubang, atau diantara terumbu karang.

Kecelakaan terjadi ketika seseorang meletakkan tangan di tempat yang tidak semestinya, yang ternyata adalah tempat tinggal belut moray. Kurangnya kesadaran dan kewaspadaan menyebabkan seseorang berada terlalu dekat dengan belut moray, atau mencoba untuk memberi makan belut moray: kegiatan yang dapat membuat Anda kehilangan jari, atau beberapa jari sekaligus!

Sat Liar di Darat

Monitor Lizard Raja Ampat Marine Park Authority

Seperti di dasar lautnya, Raja Ampat juga memiliki keanekaragaman hewan yang melimpah di daratannya; hutan lebat yang menutupi kepulauan ini dipenuhi dengan kehidupan. Terdapat berbagai jenis ular, sanca, biawak, babi hutan, dan laba-laba. Namun, kemungkinan bertemu dengan hewan-hewan yang berbahaya sangatlah kecil, bahkan hampir tidak ada.

Biasanya hewan-hewan tersebut akan menghindari atau menjauh dari aktivitas manusia. Ketika Anda menemui hewan-hewan tersebut, seperti semua jenis hewan liar lainnya yang telah dibahas sebelumnya: jangan sekali-sekali mendekati, mengusik, atau mengganggu perilaku mereka!

Selain hewan-hewan tersebut, Anda mungkin menjumpai sejumlah anjing liar yang ada di sekitar kampung-kampung di Raja Ampat. Meskipun anjing-anjing tak bertuan tersebut sudah terbiasa dengan keberadaan manusia, namun mereka tidak terbiasa jika dipegang dan dielus-elus. Anjing-anjing ini sangat waspada terhadap manusia. Jangan mendekati mereka seperti Anda mendekati anjing peliharaan, dan jangan mencoba memberi mereka makan dengan tangan.

Manusia

Sementara manusia bukan ancaman signifikan atau langsung terhadap manusia lain di dalam air, namun jika perbuatan maupun sikapnya tidak bertanggung jawab atau ceroboh, manusia dapat menjadi ancaman besar terhadap lingkungan ketika berada di laut.

Mulai dari merusak terumbu kerang (jangkar, kapal kandas, menendang, hingga menginjak-injak terumbu karang), merusak kehidupan laut (menyentuh, menabrak, aktivitas perikanan ilegal), polusi plastik, polusi kimiawi, air limbah, air limpasan, hingga eutrofikasi.

Manusia dapat menyebabkan kerusakan hebat pada lingkungan laut, dan karena itulah manusia lain yang bergantung pada alam sebagai kehidupan dan penghidupan pun turut terancam.

Jadilah pengunjung yang bertanggungjawab di Raja Ampat dengan tidak merusak lingkungan yang telah Anda pilih untuk kunjungi. Lihat dan pahamilah “Pariwisata yang Bertanggung Jawab” sebagai panduan Anda ketika berwisata.

Copyright © BLUD UPTD Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Kepulauan Raja Ampat